Boot manager adalah suatu
aplikasi yang menjadi bawaan dari semua jenis Linux untuk mengatur proses
booting agar dapat digunakan untuk multiple boot. Sebagai contoh Kita telah
meng-install Windows XP dan ingin meng-install Linux Ubuntu maka secara
otomatis bila Linux telah terinstall di hardisk maka Linux akan membuat pilihan
booting untuk multiple boot.
Proses booting adalah suatu
proses yang terjadi pada saat seseorang menghidupkan komputer, dimana masuknya
arus listrik ke dalam peralatan komputer.
1.
Pada windows, proses start up booting dapat
diuraikan sebagai berikut :
2.
MBR
(Master Boot Record) adalah sebuah program yang sangat kecil yang terdapat pada
sector pertama hardisk, MBR kemudian me-load suatu program bernama NTLDR ke
dalam memori.
3.
NTLDR
kemudian memindahkan komputer ke “flat memory model” (bypassing the 640KB
memory restrictions placed on PCs) kemudian membaca file BOOT.INI.
4.
Jika
komputer mempunyai beberapa partisi yang bootable, NTLDR akan menggunakan
informasi yang terdapat pada file BOOT.INI untuk menampilkan pilihan boot,
apabila hanya terinstall windows xp saja maka tampilan menu akan dilewati dan
windows akan me-load windows xp.
5.
Sebelum
meload Windows XP, NTLDR membuka program lain ke dalam memory yang disebut
NDETEC.COM. File ini melakukan pengecekan semua hardware yang terdapat pada
komputer. Setelah semua hardware ditemukan, NDTECT.COM memberikan kembali
informasi tersebut ke NTLDR.
6.
NTLDR
kemudian berusaha me-load versi Windows XP yang dipilih pada step 3. Hal ini
dilakukan dengan menemukan file NTOSKRNL pada folder System32 yang terdapat
pada directory windows xp . NTOSKRNL adalah program utama pada system operasi
windows yaitu sebuah “kernel” Setelah kernel tersebut di-load ke memory, NTLDR
passes control of the boot process to the kernel and to another file named
HAL.DLL. HAL.DLL controls Windows’ famous hardware abstraction layer (HAL)
7.
NTOSKRNL
kemudian menangani proses boot selanjutnya. Langkah pertama adalah meload
beberapa “low-level system drivers”. Kemudian NTOSKRNL me-load semua file-file
yang dibutuhkan untuk membuat “core” sistem operasi windows xp.
8.
Kemudian,
Windows akan memverifikasi apakah terdapat lebih dari satu konfigurasi hardware
profile pada komputer, kalau terdapat lebih dari satu hardware profile windows
akan menampilkan menu pilihan, tetapi apabila hanya terdapat satu profile maka
windows akan langsung me-load default profile.
9.
Sesudah
windows mengenali hardware profile yang digunakan, windows kemudian me-load
semua device driver untuk semua hardware yang terdapat pada komputer, Pada saat
ini tampilan monitor menampilkan “Welcome To Windows XP boot screen”.
10.
Terakhir
windows menjalankan semua service yang dijadwalkan secara otomatis. Pada saat
ini tampilan monitor menampilkan “logon screen”.
Berdasarkan prosesnya, booting dapat dikenali dengan beberapa jenis,
yaitu:
·
Cold Boot → Boot
(proses menghidupkan komputer) yang terjadi pada saat komputer dalam keadaan
mati. Cold boot dilakukan dengan cara menghidupkan komputer dengan
menekan tombol switch power. Booting dingin mendaur ulang akses memori acak
komputer sekaligus juga menghapus virus-virus yang mungkin berada dalam memori
sebelumnya.
·
Warm Boot → Boot
(proses menghidupkan komputer) yang terjadi pada saat komputer dialiri listrik
kembali dan listrik dimatikan hanya sejenak. Dengan tujuan mengulang kembali
proses komputer dari awal. Warm Boot ini biasanya terjadi disebabkan oleh
software crash atau terjadi pengaturan ulang dari sistem. Atau Warm boot bisa
juga diartikan mengaktifkan kembali tanpa harus dimatikan terlebih dahulu,
misalnya dengan menekan tombol reset, atau memencet sekaligus tombol
CTRL+ALT+DEL pada sistem operasi Disk Operating System (DOS). Me-restart
komputer dengan menekan Ctrl+Alt+Del atau melakukan shutdown dan restart.
Booting panas ini dapat dideteksi dan dimanipulasi oleh virus.
·
Soft Boot → Boot
(proses menghidupkan komputer) yang dikendalikan melalui sistem.
·
Hard Boot → Boot
(proses menghidupkan komputer) yang dilakukan dengan cara dipaksa.
·
ReBoot →
Peristiwa mengulang kembali sistem dari awal. reBoot dilakukan oleh beberapa
hal, antara lain seperti sistem tidak bereaksi dalam beberapa lama, atau
terjadi perubahan setting dalam sistem.
POST (Power on Self-Test) yaitu test
yang dilakukan oleh PC untuk mengecek fungsi-fungsi komponen pendukung PC
apakah bekerja dengan baik. POST dilakukan PC pada saat booting, jika PC
mengalami suatu masalah maka akan dapat terdeteksi gejala kesalahannnya melalui
POST, PC akan memberikan pesan/peringatan kesalahan dalam bentuk suara yang
dihasilkan melalui speaker atau tampilan visual di monitor. Selain itu
pesan/peringatan kesalahan juga dapat dideteksi melalui kinerja dari PC,
misalkan PC tidak hidup walaupun sumber listrik AC sudah terhubung dan tombol
power sudah ditekan.
Prosedur POST (Power on Self-Test) :
Prosedur POST (Power on Self-Test) :
1.
Test Power Supply ditandai dengan lampu power
hidup dan kipas pendingin power supply berputar.
2.
Secara otomatis dilakukan reset terhadap
kerja CPU oleh sinyal power good yang dihasilkan oleh power supply jika dalam
kondisi baik pada saat dihidupkan, kemudian CPU mulai melaksanakan instruksi
awal pada ROM BIOS dan selanjutnya.
3.
Pengecekkan terhadap BIOS dan isinya. BIOS
harus dapat dibaca. Instruksi awal ROM BIOS adalah jump (lompat) ke alamat
program POST.
4.
Pengecekkan terhadap CMOS, CMOS harus dapat
bekerja dengan baik. Program POST diawali dengan membaca data setup (seting
hardware awal) pada RAM CMOS setup, sebagai data acuan untuk pengecekan.
5.
Melakukan pengecekkan CPU, timer (pewaktuan),
kendali memori akses langsung, memory bus dan memory module.
6.
Memori sebesar 16 KB harus tersedia dan dapat
dibaca/ditulis untuk keperluan ROM BIOS dan menyimpan kode POST.
7.
Pengecekkan I/O controller dan bus
controller. Controller tersebut harus dapat bekerja untuk mengontrol proses
read/write data. Termasuk I/O untuk VGA card yang terhubung dengan monitor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar